Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kehidupan Jendral Sudirman, diantaranya kegigihan beliau yang tidak mudah menyerah dalam melawan penjajah. Meski sakit dan sempat ditandu, beliau tetap keluar masuk hutan bersama anak buahnya. Bersembunyi dan muncul mengobrak - abrik pertahanan lawan.
Di bawah ini, adalah sebagian dari Kumpulan Kutipan Jendral Sudirman dalam memberikan nasehat kepada tentara (TNI). Menarik untuk disimak, betapa dalamnya ketulusan hati beliau dalam mencintai tanah air ini. Hal yang terus dipupuk oleh generasi selanjutnya.
Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga. (Jogjakarta, 12 Nopember 1945)
Tentara bukan merupakan suatu golongan diluar masyarakat, bukan suatu kasta yg berdiri diatas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu. (Jogjakarta, 1 Januari 1946)
Kami tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara. (Jogjakarta, 17 Pebruari 1946)
Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan. (Jogjakarta, 25 Mei 1946)
Bahwa satu-satunya hak milik nasional/republic yang masih utuh tidak berubah-ubah, meskipun harus mengalami segala macam soal dan perubahan, hanyalah angkatan perang Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia) (Jogjakarta, 1 Agustus 1949)
Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi. (Jogjakarta, 17 Agustus 1948)
Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot. (Jogjakarta, 4 Oktober 1949)
Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai tni dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan parjurit yang mudah dibelokkan haluannya, kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara. (Jogjakarta, 5 Oktober 1949
Karena kewajiban kamulan untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya. (Jogjakarta, 27 Nopember 1946)
Bahwa kemerdekaan satu negara, yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa-harta-benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga. (Jogjakarta, Januari 1948)